Pusat Kebudayaan Tidak Harus Kaku

Written By Unknown on Sabtu, 24 November 2012 | 09.37

www.designboom.com

Fasad gedung ini dipenuhi dengan kayu. Namun, sebenarnya, di balik kayu tersebut, terdapat rangka beton yang kokoh.

www.designboom.com

Bangunan ini juga memberikan kesempatan bagi pencahayaan alami untuk ruang-ruang di dalamnya.

www.designboom.com

Sebuah ruang terbuka di tengah gedung ini terbuka untuk umum. Ruangan ini dapat diakses dengan mudah lewat bagian dalam maupun jalan setapak besar dari depan bangunan.

www.designboom.com

O-S Architects akan melengkapi gedung tersebut dengan ruang serba guna dengan kapasitas duduk penonton sebanyak 220 kursi.

KOMPAS.com - Sejarah peradaban manusia mencatat, bahwa kebudayaan berawal dari kebiasaan masyarakat paling sederhana. Mulai dari hal-hal paling primitif, kini manusia sudah sampai pada kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sungguh mengagumkan.

Untuk itu, masyarakat butuh sebuah ruang untuk mempraktikkan kebudayaan, melakukan sosialisasi, dan saling berbagi. Ruang untuk mengetahui dan mengenal proses tersebut sebagai hal yang penting.

Bangsa yang besar tentunya tahu identitasnya sendiri. Tidak heran, pemerintah Perancis bersedia mengalokasikan biaya sebesar 2.561.887 Euro untuk membangun pusat kebudayaan di atas tanah seluas 1.613 meter persegi.

Pusat kebudayaan tersebut terletak di distrik yang tengah dikembangkan kembali bernama Navers, di Perancis. Gedung tersebut tepatnya berada di area pemukiman yang baru dan telah mengalami renovasi. Dengan lokasi di tengah permukiman, masyarakat sekitar dapat menggunakan gedung tersebut sebagai area publik.

O-S Architects adalah perancang bangunan ini. Idenya berasal dari kepadatan penduduk dan kemurahan hati masyarakat. O-S Architects akan melengkapi gedung tersebut dengan ruang serba guna dengan kapasitas duduk penonton sebanyak 220 kursi.

Selain itu, ia juga memiliki aula menari, ruang rapat dan konferensi, serta area edukasi anak. Semua fasilitas tersebut ditujukan untuk melayani kebutuhan masyarakat umum.

Sebuah ruang terbuka di tengah gedung ini terbuka untuk umum. Ruangan ini dapat diakses dengan mudah lewat bagian dalam maupun jalan setapak besar dari depan bangunan.

Fasad gedung ini dipenuhi dengan kayu. Namun, sebenarnya, di balik kayu tersebut, terdapat rangka beton yang kokoh. Selain itu, bangunan ini juga memberikan kesempatan bagi pencahayaan alami untuk ruang-ruang di dalamnya.

Kiranya, ini semua membuktikan, bahwa bentuk pusat kebudayaan kontemporer tidak perlu dibangun dengan gaya yang kaku. Gedung seni juga harus bisa dinamis.


Anda sedang membaca artikel tentang

Pusat Kebudayaan Tidak Harus Kaku

Dengan url

http://propertielit.blogspot.com/2012/11/pusat-kebudayaan-tidak-harus-kaku.html

Anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya

Pusat Kebudayaan Tidak Harus Kaku

namun jangan lupa untuk meletakkan link

Pusat Kebudayaan Tidak Harus Kaku

sebagai sumbernya

0 komentar:

Posting Komentar

techieblogger.com Techie Blogger Techie Blogger