JLNT Terhenti, Siapa Untung?

Written By Unknown on Minggu, 28 April 2013 | 09.37

JAKARTA, KOMPAS.com - Timbul pertanyaan menggelitik, siapa sejatinya pihak yang diuntungkan jika konstruksi JLNT seksi Tanah Abang-Kampung Melayu yang hanya menyisakan pekerjaan 10 persen itu, tak diteruskan?

Harga jual properti di CWJ 1 menjulang hingga 30% ketimbang tahun lalu. Tarif sewa perkantorannya yang sudah diokupansi oleh DBS Bank senilai Rp 250.000-Rp 300.000/m2/bulan. Tahun lalu hanya Rp 160.000-Rp 200.000/m2/bulan.

-- Artadinata Djangkar

JLNT ini melintasi sebuah koridor "emas", Satrio International Tourism and Shopping Belt, yang bahkan diresmikan secara formal oleh Gubernur DKI Jakarta Suryadi Sudirja pada 31 Desember 1997. Lokasinya yang strategis dan merupakan bagian dari Segi Tiga Emas Jakarta sangat menarik minat kalangan investor properti dan pengembang.

Terdapat sembilan pengembang besar yang serius menggarap kawasan ini, di antaranya Grup Ciputra dan Grup Agung Podomoro. Keduanya menangguk profit signifikan atas produk-produk properti yang mereka tawarkan kepada publik, masing-masing Kuningan City dan megablok Ciputra World Jakarta.

Menurut Direktur Grup Agung Podomoro Veri Y Setiady, sejak diluncurkan pada 2008 silam, harga apartemen Kuningan City aktual telah mencapai Rp 27 juta per meter persegi. Padahal sebelumnya hanya dibanderol sekitar Rp 17 juta/m2. Sedangkan harga perkantorannya saat ini berada pada posisi Rp 35 juta/m2 (untuk strata title space) dan Rp 30 juta/m2 (untuk sewa). Harga perdana jauh di bawah itu, yakni Rp 22 juta/m2.

Cerahnya prospek kawasan ini juga membuat Grup Ciputra sampai harus menyeleksi brand-brand internasional untuk mengisi dan mengelola properti-properti mereka. Ini dilakukan agar citra megablok Ciputra World Jakarta dapat melesat dan mendunia. Sehingga secara otomatis, prestis kawasan Satrio pun bisa disejajarkan dengan Orchard Road Singapura. Mereka mendatangkan nama-nama popular jaminan mutu berkelas bintang lima, sebut saja W dan Raffles sebagai pengelola hotelnya, Frasser dan Ascott sebagai pengelola apartemennya dan Lotte Shopping Mall sebagai pengisi pusat belanjanya.

"Wajar bila harga jual dan sewa properti di CWJ 1 saat ini, menjulang hingga 30% ketimbang tahun lalu. Tarif sewa perkantorannya yang sudah diokupansi oleh DBS Bank senilai Rp 250.000-Rp 300.000/m2/bulan. Tahun lalu hanya Rp 160.000-Rp 200.000/m2/bulan," ungkap Direktur Ciputra World Jakarta Artadinata Djangkar. Sedangkan apartemennya laris manis, tak menyisakan satu unit pun. Meningkatnya harga jual ini menjelaskan kepada kita bahwa konsumen pembeli dan investor mendapat keuntungan (gain) dari uang yang mereka benamkan di properti-properti tersebut.

Namun, jika sampai JLNT tak kunjung diselesaikan, apakah harga-harga properti tersebut bakal terkoreksi, sehingga investor tergoda melakukan aksi jual kembali untuk kemudian berpaling ke properti lain di luar kawasan ini?


Anda sedang membaca artikel tentang

JLNT Terhenti, Siapa Untung?

Dengan url

http://propertielit.blogspot.com/2013/04/jlnt-terhenti-siapa-untung.html

Anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya

JLNT Terhenti, Siapa Untung?

namun jangan lupa untuk meletakkan link

JLNT Terhenti, Siapa Untung?

sebagai sumbernya

0 komentar:

Posting Komentar

techieblogger.com Techie Blogger Techie Blogger